Minggu, 25 Oktober 2009

PARTISIPASI POSYANDU




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam program penurunan angka kesakitan dan kematian pada anak bayi dan balita adalah dengan pemeliharaan kesehatannya. Oleh karena itu denagn adanya undang-undang mengenaui kesehatan yaitu UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no.23 tahun 1992 mengenai investasi kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupakan tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan dan berpengaruh terhadap kualitas hidup sumberdaya manusia dan menjadi pedoman bahwa kesehatan adalah hak azasi.
Sejak terjadinya kris ekonomi, kegiatan posyandu juga ikut menurun. Oleh karena itu untuk meningkatkan kegiatan posyandu kembali diterbitkan surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 tentyang Revitalisasi Posyandu. Dan setelah adanya otonomi daerah dan disentralisasi kegiatan, maka ditetapkan peraturtan baru yaitu Surat edarabn Menteri Dalam Negeri 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu yang ditujukan kepada Gubernur dan Wlikota/Bupati di seluruh Indonesia yang merupakan pembaharuan surat edaran Menteri Dalam Negeri yang telah lalu.
Dengan dirancangnya Posyandu tahun 1986 berbagai hasil telah dicapai Angka kematian ibu dan angka kematian byimenurun dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia meningkat secara bermakna. Jika tahun 1995 Angka kematian Ibu (AKI) 373/ 100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) 60/1000 sementara pada tahun 2003 AKI 307/ 100.000 dan AKB 37/ 1000 (SDKI,2003). Sementara harapan hidup rata-rata meningkat dari 63 tahun menjadi 66 tahun.
Dengan adanya surat edaran dari Menteri dalam Negeri diharapkan kegiatan Posyandu dapat kembali dilaksanakan dan dapat berjalan maksimal, sehingga angka kesakitan dan kematian anak balita dapat dsiturunkan dan kesehatan balita dapat terpantau dan terlayani dengan adanya kegiatan posyandu tersebut.posyandu yang dilaksanakan mendatang diharapkan dapat dijadikan acuan bersama masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan permenuhan gizi pada balita.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi (AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari.Sedangkan angka kematian balita (Akaba), kata Candra, yaitu 46 dari 1000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirincikan, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari.
Ditambahkan dari hasil penelitian itu, beberapa penyebab kematian bayi dikarenakan berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman.Dalam Millenium Developmen Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran. Sedangkan Akaba ditargetkan menjadi 23 per 1000 balita."Untuk menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak.
Namun kualitas Posyandu belum maksimal, hasil analisis profil Upaya kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menunjukkan peningkatan tingkat perkembangan posyandu. Jika pada tahun 2001 44,2 % Posyandu Pratama, 34,7% Posyandu madya, 18,0 % Posyandu Purnama dan 3,1 % posyandu mandiri. Pada tahun 2004 33,6%posyandu pratama, 39,86% posyandu madya, 23,62% posyandu purnama dan 2,91% posyandu mandiri. Dengan adanya survei tersebut dapat menjadi acuan agar posyandu dapat ditingkatkan dandikembangkan dalam pelayanannya.
Saat ini posyandu menjadi program wajib di setiap desa, sehingga kesehatan bayi, balita dan ibu hamil dapat terpantau. Oleh karena itu kegiatan posyandu harus memberikan pelayanan kesehatan balita yang menyeluruh dan terpadu. Kegiatan posyandu harus didampingi oleh bidan dan tenagha kesehatan sehingga dapat terpantau tingkat kesehatan di posyandu tersebut.



B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyangkut tentang kegiatan posyandu tersebut, maka didapat rumusan masalah yaitu “Kegiatan apa sajakah yang dilaksanakan di posyandu Kencana Mulya dan termasuk dalam jenis posyandu apakah posyandu tersebut?”

C. Tujuan
Adapun tujuan penulis menyusun laporan dalam partisipasi kegioatan di posyandu Kencana Mulya disini adalah:
1. Untuk mengetahui berbagai kegiatan yang dilakukan di posyandu. Dalam hal ini Posyandu Kencana Mulya di Besole Yogyakrta.
2. Untuk mengetahui standar minimal yang diterapkan agar menjadi posyandu yang baik.
3. Untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat untuk datang ke posyandu.
4. Sebagai modal penyusun sebagai calon bidan dalam rangka menciptakan Indonesia Sehat 2010.

D. Manfaat
1. Penulis dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan di posyandu Kencana Mulya.
2. Penulis dapat mengetahui standar minimal posyandu yang harus ada.
3. Penulis dapat mengetahui seberapa banyak masyarakat yang berpartisipasi di posyandu.
4. Dapat menumbuhkan tekad penulis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehat

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Sejarah Posyandu
Untuk mempercepat terwujudnya manusia yang sehat yang tercantum dalam UUD 1945 departement Kesehatan menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dengan prinsip gotong-royong dan swadaya masyarakat dengan tujuan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Diperkenalkannya PKMD tahun 1975 mendahului kesepakatan Internasional dengan konsep yang sama yaitu Primary Health Care (PHC) yyang tercantum dalam Alma Atta 1978 yang pertama kali diadakan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kegiatan PKMD antara lain perbaikan gizi, ppenanganan diare, pengobatan masyarakat, dan Imunisasi.
Perkembangan upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat yang seperti Instruksi bersama Menteri Kesehatan, kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri. Mengintegrasikan kegiatan yang ada dalam masyarakat kedalam wadah yang disebut Posyand (Pusat Pelayanan terpadu). Kegiatan posyandu meliputi menutunkan AKI dan AKB, GOBY-3F ( Growth Monitory, Oral Rehydration, Family planning dan Food supplement)
Posyandu (Pusat Pelayanan Terpadu) adalah wahana kegiatan masyarakatantara keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau desa yang melaksanakan lima program prioritas yaitu KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare. Posyandu juga suatu forum komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Pengertian posyandu menurut proses adalah salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan denagn menciptakan kemampuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu sesuai denagn pelayanan kesehatan adalah forum yang menjembatani alih tekhnologi dan alih kelola kepada masyarakat untuk upaya kesehatan yang optimal dan profesional sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat.
Posyandu dapat dikembangkan menjadi investasi pengembangan sumber daya masyarakat yang dilaksanakan secara merata. Penyelenggaraan posyandu sebaiknya dikelola masyarakat dan untuk masyarakat. Tetapi tidak meninggalkan pengawasan dari bidan atau tenaga kesehatan terkait. Penyelenggaraan setiap daerah dapat disesuaikan dan sesuai kebutuhan, karena sudah adanya otonomi daerah yang dapat dilakukan oleh posyandu setempat.
Posyandu bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi, balita dan masyarakat. Dalam posyandu terdapat berbagai macam program yang dilaksanakan seperti: Imunisasi, pemeriksaan Kesehatan balita setiap Bulannya, Keluarga Berencana, Pemantauan Gizi Balita, dan Penanggulanagn diare
Tingkat kemajuan posyandu tergantung dari partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola posyandu. Selain itu kegiatan- kegiatyan yang dilakukan setiap bulannya. Dan tingkatan posyandu tergantung beberapa hal, seperti dalam tabel dibawah ini.

Tabel I: TELAAH KEMANDIRIAN POSYANDU
NO INDIKATOR P.PRATAMA P.MADYA P. PURNAMA P.MANDIRI
1 Frekuensi Penimbangan < 8x / tahun > 8x/ tahun > 8x / tahun > 8x / tahun
2 Jumlah kader yang bertugas pada hari H <5orang /bulan >5orang /bulan >5orang /bulan >5orang /bulan
3 Cakupan D/S <50% <50% >50% >50%
4 Cakupan Imunisasi <50% <50% >50% >50%
5 Cakupan KI <50% <50% >50% >50%
6 Cakupan KB efektif <50% <50% >50% >50%
7 Penambahan program: PJB, P2M,dll - - + +
8 Dana sehat _ _ <50% >50%

Hasil telaah kemandirian Posyandu:
1. Posyandu Pratama : Latihan kader ulang
2. Postandu Madya : Pelatihan tokoh masyarakat, pelatihan penambahan program.
3. Posyandu Purnama : Pelatihan tokoh masyarakat, pelatihan penambahan program, pendidikan PKMD.
4. Posyandu Mandiri : pembinaan dana sehat/ PJKM

B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
5. Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu.
6. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.




C. Tujuan Posyandu
Menurut Depkes, tujuan diselenggarkannya posyandu adalah:
1. Mempercepat angka penurunan kematian bayi, anak bailta dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.
4. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informmasi dan ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
5. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama dalam penurunan AKI dan AKB.
6. Sebagai wadah mensosialisasikan pola komunikasi pengasuhan anak dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
7. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
8. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu.

D. Sasaran
Sasaran pelayanan posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama:
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan usia subur (PUS)
5. Orang tua (bayi dan balita)

E. Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesame masyarakat dalam menurunkan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar dan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.


F. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan dalam mendapatkan informasi dan pelayanan dasar dalam menurunkan AKI dan AKB.
b. Memperoleh bantuan secara professional dalam keehatan masyarakat.
c. Efisien dalam mendapatkan pelayanan terpadu dalam kesehatan dan sektor lain.
2. Bagi kader, pengurus Posyandu
a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.


3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Dapat lebih spesifik dalam membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya.
c. Meningkatkan eksistensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan kesehatan secara terpadu.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masaah dalam penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu.

G. Kegiatan
Kegiatan posyandu (Panca Krida posyandu):
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
Kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu):
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial

H. Langkah
1. Pendekatan Internal (Penyiapan Petugas)
Untuk mempersiapkan petugas sehingga bersedia dan mengelola posyandu. Pimopinan puskesmas harus memberikan motivasi dan ketrampilan petugas.
2. Pendekatan Eksternal
Untuk mempersiapkan masyarakat dan tokoh masyarakat sehingga bersediamendukung penyelenggaraan posyandu. Diperlukan pendekatan tokoh masyarkat di daerah setempat. Dukungan meliputi dukungan moril dan mateiil.
3. Survei Mawas Diri (SDM)
Untuk menimbukan rasa memiliki masyarakat melalui pertemuan masalah yang dihadap serta potensi yang dimiliki. SDM dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengann bimbingan Puskesmas, Pemerintah desa dan Konsil masyarakat.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Untuk mendukung Posyandu dilakukan konsil masyarakat, peserta adalah masyarakat setempat dan materi adalah hasil SDM dan data kesehatan.

I. Pembentukan
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1. Pos penimbangan balita
2. Pos imunisasi
3. Pos keluarga berencana
4. Pos kesehatan
5. Pos lain yang dibentuk baru
Pembentukan dan penyelenggaraan posyandu adalah:
1. Pemilihan pengurus dan kader posyandu melalui pertemuan khusus dengan para tokoh masyarakat dan anggota masyarakat yang terpilih.
2. Orientasi pengurus dan pelatihan kader Posyandu sebelum melaksanakan tugas, kader dan pengurus diberikan orientasi dan pelatihan .
3. Pembentukan dan peresmian posyandu, pengurus dan kader yang telah di oerientasi dan pelatoihan harus mengorganisasikan diri di Posyandu.
4. Penyelenggaraan dan pemantauan Kegiatan Posyandu, kegiatan posyandu secara rutin diperiksa oleh Puskesmas.

J. Persyaratan
1. Disesuaikan denagn kemampuan petugas.
2. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita yang terdiri dari 120 kepala keluarga. Sedangkan posyandu yang ideal melayani 100 balita/700 kepala keluarga.
3. Jarak antara kelompok rumsh, kepala keluarga dalam suatu tempat tidak terlalu jauh.



K. Kedudukan
1. Kedudukan Posyandu terhadap Pemerintah desa
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan yang secara kelembagaan di bina untuk pemerintah desa atau kelurahan.
2. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja Posyandu
Sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek asministrasi keuangan.
3. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, pemerintah kelurahan yang bergerak dalam bidang kesehatan sebagia mitra.
4. Kedudukan Posyandu terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
Sebagai satuan organisasi yang medapat arahan dan dukungan sumber daya dari masyarakat.
5. Kedudukan posyandu terhadap Puskesmas
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara medis di bina oleh Puskesmas.

L. Pengorganisasian
Struktur organisasi posyandu ditetepkan oleh masyarakat itu sendiri dan bersifat fleksibel dapat dikembangkan sesuai keadaan, masalah dan sumber daya. Struktur minimal posyandu di kelola oleh ketua, sekretaris, bendahara, dan kader posyandu yang merangkar sebagai anggota. Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat yang memiliki tgas dan tanggung jawab masing-masing.


M. Pengelolaan Posyandu
Dipilih masyarakat pada musyawarah pembentukan posyandu, criteria pengelola posyandu adalah
1. Diutamakan berasl dari dermawan dan tokoh masyarakat
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.
3. Bersedia bekerja ecara sukarela bersama masyarakat.

N. Alasan Pendirian Posyandu
1. Posyandu dari masyarakat. Oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap posyandu yang diselenggarakan masyarakat.
2. Posyandu menjalankan pelayanan kesehatan khususnya pencegahan penyakit dan pelayanan KB.
3. Posyandu merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat.

O. Penyelenggaraan
1. Pelaksanaan kegiatan
2. Adanya anggota masyarakat yang dilatih menjadi kader kesehatan setempat yang dibimbing puskesmas.
3. Pengelola posyandu
4. Adanya pengurus yang dibentuk RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut.
5. Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB desa, pos kesehatan atau pos yang baru

P. Lokasi
1. Berada ditempat yang mudah didatangi masyarakat
2. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3. Dapat merupakan lokal itu sendiri
4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
Pelayanan Kesehatan yang dijalankan:;
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a. Penimbangan bulanan
b. Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang
c. Imunisasi bayi 3-14 bulan.
d. Pemberian oralit untuk mengurangi diare
e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2. Pemeliharaan kesehatanibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
a. Pemeliharaan kesehatan umum
b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah
d. Imunisasi TT bagi ibu hamil
e. Penyuluhan kesehatan dan KB
f. Pemberian alat kontrasepsi KB
g. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
h. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
i. Pertolongan pertama pada kecelakaan.


Q. Kader Posyandu
Didalam pengurus posyandu terdiri oleh anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk penyelenggaraan kegiatan posyandu. Kader posyandu menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Dengan kriteria :
1. Diutamakan dari anggota masyarakat
2. Dapat baca dan tulis huruf latin
3. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak.
4. Bersedia bekerja secara sukarela.

Tugas kader pada hari buka posyandu adalah:
1. Menyiapkan tempat, peralatan, sarana dan prasarana posyandu.
2. Melaksanakan pendaftaran penunjang ibu.
3. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KIA/ KMS
5. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gii sesuai hasil penimbangan dan pemberian makanan tambahan(PMT)



Tugas kader pada luar hari buka posyandu adalah:
1. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu
2. Membuat grafik SDKN
3. Melaksanakan tindaklanjut tertentu (sasaran tidak langsung dan sasaran penyuluhan lanjutan)

H. Petugas Puskesmas
Petugas Puskesmas memiliki tugas :
1. Membimbibg kader posyandu
2. Menyelenggarakan system 5 mejaMenyelenggarakan penyuluhan KB dan gizi
3. Menganalisa hasil kesehatan posyandu dan melaporkan hasilnya.

I. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan hasil posyandu yaitu dengan format system Informasi Posyandu(SIP), yaitu dengan format sebagai berikut:
1. Format I : catatan kelahiran, krematian, bayi, ibu hamil dan kematian ibu.
2. Format II : registrasi bayi dan balita.
3. Format III : registrasi anita usia subur dan pasangan usia subur.
4. Format IV : registrasi ibu hamil
5. Format V : data hasil kegiatan posyandu hari H.

Pelaporan kegiatan posyandu, yaitu dengan :
1. Kader tidak wajib melaporkan hasil kegiatan posyandu pada puskesmas.
2. Puskesmas menunjuk petugas yang bertanggung jawab mengembil data hasil kegiatan posyandu.


J. Pembinaan Posyandu
1. Bentuk Pembinaan
a. Rapat koordinasi berkala Pokja Posyandu
b. Kunjungan bimbingan dan fasilitas
c. Menghadiri rapat
d. Beri penghargaan pada pengurus dan kader posyandu berprestasi.

2. Pengorganisasian Pembinaan Posyandu
a. Dasar pemikiran perorangan
b. Kedudukan Pokjanal Posyandu
c. Pembentukan Pokjanal Posyandu


R. Sistem 5 Meja
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
2. Meja II
Penimbangan balita dan ibu hamil
3. Meja III
Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui berat badan anak naik atau turun, ibu hamil dengan resiko tinggi dan PUS yang belum mengikuti KB.
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT(Pemberian Makanan Tambahan), oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan dan kondom.
S : Semua balita diwilayah kerja posyandu
K : Semua bayi yang memiliki KMS
D : Balita yang ditimbang
N : Balita yang naik berat badannya.

d. Keberhasilan posyandu berdasarkan :
i. D/S : Baik atau kurang peran serta masyarakat
ii. N/D : Berhasil tidaknya program posyandu
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan kehamilan (KIA)
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan olehh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.

S. Imunisasi dan Kontrasepsi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu yang dapat menjadi pencegah terserangnya suatu penyakit. Imunisasi dilakukan sebagai salah satu usaha pemerintah dalam bidang kesehatan agar tercipta masyarakat yang sehat dan usaha ini termasuk dalam upaya promosi kesehatan (Health Promotion).
Tujuan pemberian imuniosasi adalah:
1. Mencegah infeksi penyakit tertentu.
2. Apabila terserang penyakit akan memperlambat serangan penyakit dan penyakit tidak terlalu parah.
3. Menjadi kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan penyakit tertentu.
4. Menjaga kondisi badan agar selalu terlindungi akibat vaksin imunisasi daklam tubuh.



Batasan anak mendapat imunisasi adalah:
i. Umur 0-7 hari : HB UNIJECT
ii. Umur 0-1 bulan : BCG dan Polio I
iii. Umur 2 bulan : DPT I, Hepatitis BI dan Polio 2
iv. Umur 3 bulan : DPT 2, Hepatitis 2 dan Polio 3
v. Umur 4 bulan : DPT 3, Hepatitis 3 dan Polio 4
vi. Umur 9 bulan : Imunisasi campak




Macam-macam Vaksin adalah :
1. Vaksin BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif pada bayi dan balita yang terdapat penyakit TBC paru-paru. Imunisasi BCG tidak memiliki efek setelah pemberian imunisasi tersebut.
2. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT bertujuan memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap pnyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus.
3. Vaksin Polio
Imunisasi Polio memnerikan kekebalan pada bayi dan balita agar terhindar dari penyakit kelumpuhan atau Poliomielitis.
4. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis b atau penyakit kuning.

5. Vaksin Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk menmberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Pemberian imunisasi ini denagn cara subkutan atau denagn cara intramusculer.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi adalah:
1. Imunisasi idiberikan pada bayi dan balita yang sehat.
2. Pada bayi dan balita yang sakit tidak boleh diberikan, seperti :
a. Sakit keras
b. Dalam masa tunas atau perkembangan suatu penyakit
c. Kekurangan dan penurunan daya tahan tubuh.
Proses terjadinya reaksi pada tubuh bayi dan balita setelah imunisasi adalah terjadi reaksi lokal. Biasanya terjadi pada lokasi penyuntikan misalnya terjadi pembengkakan yang disertai demam, agak sakit. Panas akan sembuh dan berarti kekebalan sudah dimiliki oleh anak.
1. KONTRASEPSI STERILISASI
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ahli kandunagn. Efektif bila ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misal karena faktor usia.

2. KONTRASEPSI TEKNIK
a. Coitus interruptus ( senggama terputus) : ejakulasi dilakukan diluar vagina. Efektivitasnya 75-80 %. Faktor kegagalan apabila ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme terlambat menarik penis keluar.
b. Sistem kalender (pantang berkala) : tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertianantara suami-istri karena sperma dan sel telur mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi. Efektivitasnya 75-80 %. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.
c. Prolonged lactation atau menyusui : selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis anda tidak hamil.tapi begitu ibu hanya menyusui < 6 jam/ hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar.


3. KONTRASEPSI MEKANIK
a. Kondom : efektivitas 75 – 80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir/ barier sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak terpasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini adalah:

i. Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain.
ii. Membutuhkan waktu untuk pemasangan.
iii. Mengurangi sensasi seksual.
b. Spermatisida : bahan kimia aktif yangmembunuh sperma, berbentuk cairan , krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitas 70 %. Namun teknik ini dapat menimbulkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermayang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu , < 6 jamsetelah senggama.
c. Vagina diafragma : lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel yang akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitas sangan kecil, sehingga penggunaannya bersama dengan spermatisida untuk mencapai 80 %. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat senggama atau terlalu cepat luas (< 8 jam) setelah senggama.
d. IUD ( Intra Uterine Device) : terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan llogam, umumnya tembaga dan dipasang di mulut rahim. Efektivitasnya 92-94 %. Kelemahannya menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, perdarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi keluar lebih banyak dari biasanya.


4. KONTRASEPSI HORMONAL
Dengan fungsi mencegah kehamilan, kontrasepsi ini juga bisa untuk mengatasi ketidakseimbangan hor,mon estrogen dan progesteron dalam tubuh. Beberapa faktor ynag berkaitan dalam semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
a. Kontraindikasi mutlak : sama sekali tidak boleh diberikan, kehamilan, gejala tromboemboli, kelainan pembulu darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
b. Kontraindikasi relatif : boleh diberikan namun dengan pengawasan intensif oleh dokter, penyakit kencing manis, hipertensi, perdarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blister, suntikan dan susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB atau spiral hormonal.











BAB III
HASIL PARTISIPASI POSYANDU DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Lima 5 Posyandu
Berbagai kegiatan yang mendukung terlaksananya tujuan Indonesia Sehat 2010, kegiatan posyandu menjadi salah satu alternatif yang banyak diambil oleh masyarakat. Kegiatan posyandu dilakukan dengan bermacam-macam variasi. Namun setiap posyandu memiliki standar yang sama dalam menjalankan kegiatan posyandu. Salah satu contohnya kegiatan posyandu yang diadakan di daerah Bantul tahun 2009 dibawah ini.

PARTISIPASI KEGIATAN POSYANDU
Posyandu : Kencana Mulya
Dusun/ RW : Besole/ 18
Desa/ Kelurahan : Poncosari
Kecamatan : Srandakan
Kabupaten : Bantul
Propinsi : Yogyakarta
Tanggal pelaksanaan : 13 September 2009
Tempat : Rumah Kepala Dusun (Ibu Purwanti)
Ketua kader : Purwanti


Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu Kencana Mulya menggunakan sistem 5 meja, walaupun sistem tersebut belum terlaksana dengan sempurna karena terbatsnya tempat. Sistem 5 meja yang digunakan dalam posyandu Kencana Mulya adalah sebagai berikut:
1. Sistem 5 Meja
a. Meja I
i. Pendaftaran
Setiap peserta posyandu Kencana Mulya (bayi, balita, ibu hamil, pasangan usia subur) yang hadir dalam kegiatan posyandu Kencana Mulya harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu di meja I. pendaftaran ini dilayani oleh kader posyandu tersebut.
ii. Pencatatan
Setelah melakukan pengisian daftar hadir, peserta posyandu menyerahkan buku KMS kepada keder yang bertugas. Yang kemudian akan dipanggil oleh kader tersebut untuk mendapatkan pelayanan di posyandu tersebut.

b. Meja II
Penimbangan bayi dan balita: kegiatan penimbangan bayi dan balita ini dilakukan oleh kader yang bertugas di meja II. Dan dilakukan langsung setelah peserta hadir ke posyandu. Berbeda dengan teorinya, penim,bangan bayi dan balita dilakukan pada meja II. Penimbangan di posyandu Kencana Mulya dilakukan dengan dacin (timbangan gantung). Selain itu di posyandu ini dilakukan juga pengukuran tinggi badan pada balita dan panjang badan bagi bayi. Penimbangan ini menggunakan midlin (meteran). Pengukuran tinggi badan dilakukan setelah penimbangan selesai. Selain itu dilakukan pula pengukuran lingkar kepala pada bayi dan balita, yang dilakukan dengan midlin (meteran). Dan dilakukan langsung oleh kader pada meja II.

c. Meja III
Pengisian KMS: Pada meja III dilakukan pengisisan KMS (Kartu Menuju Sehat) oleh kader yang bertugas. Pengisian ini meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala yang telah dilakukan di posyandu.
d. Meja IV
Setelah itu ibu bayi dan balita duduk di meja IV bersama kader yang bertugas untuk melihat pertumbuhan bayi dan balita mereka, apakah mengalami kenaikan atau penurunan pada bulan tersebut. Dengan cara melihat grafik pertumbuhan dan perkembangan pada KMS. Di meja ini peserta (ibu ) mendapatkan kesimpulan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya, selain itu peserta (ibu) dapat melakukan konsultasi atau bertukar pikiran denagn kader. Kader juga memberikan penyuluhan tentang pernaikan gizi anak dan semua hal yang berkaitan dengan kesehatan bayi dan balita. Pasangan usia subur juga dap[at melakukan komsultasi pada kader yang bertugas tentang masalah kesehatannya, terutama masalah reproduksi.
Di posyandu Kencana mulya juga dialakukan pemberian vitamin A, vitamin C dan minyak ikan bagi bayi dan balit. Biasanya kegiatan pemberian vitamin A diberikan pada bulan Februari dan Agustus yang merupakan program tetap pemerintah. Nmaun pada anak yang kekurangan vitamin A juga dapat diberikan sesuai kebutuhan anak.
Pemberian tablet zat besi juga diberikan pada anak dan ibu hamil dengan arahan dari Puskesmas. Selain itu ibu –ibu juga diajari cara membuat oralit untuk pencegahan diare pada anak. Yang merupakan pertolongan pertama bila anak terserang diare.



e. Meja V
i. Pemberian imunisasi
Program pemberian Imunisasi untuk bulan September 2009 ini, bayi dan balita tidak ada yang dilakukan imunisasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya bidan desa dan biasanya masyarakat di dusun Besole melakukan imunisasi langsung ke Puskesmas. Namun untuk program Imunisasi di Posyandu Kencana Mulya dilakukan saat ada kunjungan dari petugas Puskesnmas yang datang ke Posyandu. Biasanya dilakukan 3 bulan sekali, jadi bagi bayi dan balita yang ingin melakukan imunisasi langsung di posyandu harus saat petugas Puskesmas datang.
ii. Pemeriksaan kehamilan
Di Posyandu Kencana Mulya pada bulan September ini tidak ada, dikarenakan Ibu yang sedang hamil sedang di Rumah Sakit saat posyandu berlangsung untuk proses persalinan. Pada bulan itu ibu hamil jumlahnya 1 orang dan dalam masa persalinan.
iii. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
Untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan dilakukan 3 bulan sekali oleh petugas Puskesmas langsung.
iv. Pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan
Dan untuk pelayanan alat kontrasepsi dilakukan penyuluhan kontrasepsi oleh kader dan petugas Puskesmas langsung.





Selain mengetahui cakupan D/S, kita juga dapat mengetahui nilai N/S yaitu perbandingan jumlah bayi balita yang berta badannya naik dengan jumlah bayi baliata keseluruhan. Jumlah bayi balita yang berat badannya naik pada Posyandu Kencana Mulaya dari bulan lalu ada sebanyak 13 anak. Maka dapat dihitung cakupan N/S nya adalah:
N/S = Jumlah bayi balita yang BB naik x 100% = 13 x 100% = 39,9%
Jumlah bayi balita seluruhnya 33

2. Cakupan Imunisasi Wajib
Cakupan imunisasi adalah perbandingan jumlah bayi yang sudah di imunisasi dengan jumlah bayi seluruhnya. Pada Posyandu Kencana Mulya setiap 3 bulan sekali saat kunjungan Puskesmas dapat dilakukan imunisasi di Posyandu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas. Imunisasi untuk bayi berumur kurang dari satu tahun.jumlah bayi ada 4 anak.
Table cakupan Imunisasi di Posyandu Kencana Mulya
a) Cakupan imunisasi BCG
∑ bayi umur < 12 bulan yang imunisasi = 4 x 100% = 100%
∑ bayi < 12 bulan seluruhnya 4
b) Cakupan imunisasi DPT
∑ bayi umur 4-12 bulan yang imunisasi = 4 x 100% = 100%
∑ bayi umur 4-12 bulan seluruhnya 4
c) Cakupan imunisasi Polio
∑ bayi umur 4-12 bulan yang imunisasi = 4 x 100% = 100%
∑ bayi umur 4-12 bulan seluruhnya 4

d) Cakupan imunisasi Hepatitis
∑ bayi umur 4-12 bulan yang imunisasi = 4 x 100% = 100%
∑ bayi umur 4-12 bulan seluruhnya 4
e) Cakupan imunisasi Campak
∑ bayi umur 9-12 bulan yang imunisasi = 2 x 100% = 50%
∑ bayi umur 9-12 bulan seluruhnya 4

JENIS IMUNISASI
BCG DPT
( I/ II/ III ) Polio
(I – IV) Hepatitis B
( I/ II/ III ) Campak
Ket.
3 bayi =
100% 3 bayi =
100% 3 anak =
100% 3 anak =
100% 2 anak =
50% Data diambil dari KMS bayi balita. Jumlah bayi ada 4 anak. Bayi berumur kurang dari 12 bulan

Cakupan imunisasi : ∑ jumlah imunisasi yang dilakukan
Jumlah imunisasi
= 100%+100%+100%+100%+50% = 90%
5

29

3. Cakupan KI
Cakupan KI adalah perbandinagn jumlah ibu hamil TM I yang datang ke posyandu untuk memeriksakan kehamilannya dengan jumlah ibu hamil keseluruhan. Pada pelaksanaan posyandu bulan September 2009 tidak ada ibu hamil di dusun Besole atau di wilayah posyandu tersebut. Biasanya untuk pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh petugas puskesmas langsung yang datang ke posyandu Kencana Mulya. Pemeriksaan kehamilan biasanya meliputi pemeriksaan tekanan darah, penimbangan, pemeriksaan fisik, leopold, pemberian tablet tambah darah dan penyampaian hasil pemeriksaan.

4. Cakupan KB efektif
Cakupan KB efektif adalah perbandinagn antara jumlah wanita yang menggunakan alat kontrasepsi secara ruti dengan jumlah wanita yang hadir seluruhnya. Dalam program Posyandu Kencana Mulya, pelayanan KB merupakan salahsatu agenda. Namun dalam prakteknya belum ada ibu atau wanita yang datang ke Posyandu untuk melakukan pelayanan KB.

5. Penambahan Program
a. Pemeriksaan jentik berkala
Pemeriksaan jentik berkala di dusun Besole, Poncosari, Srandakan pada Posyandu Kencana Mulya dilakukan secara berkala. Pemeriksan jentik berkala ini dilakukan setiap bulan sekali dengan pantauan dari Puskesmas. Para kader akan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan RT yang ada. Jadi dalam satu RT diampu oleh 2 kader yang akan memeriksa setiap rumah apakah ada jentik nyamuk pada rumah warga. Selain itu pemeriksaan jentik nyamuk tidak hanya pada rmah-rumah warga, tetapi pada selokan dan genangan air di wilayah Posyandu Kencana Mulya.

b. Pemberantasan penyakit menular
Untuk program tersebut Posyandu Kencana Mulya menerapan agar masyarakat di wilayah posyandu tersebut dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemberian imunisasi dan menjaga lingkungan sekitar masyarakat, istirahat yang cukup dan pemantauan bagi masyarakat yang sedang terserang penyakit tersebut.
c. Pengobatan tradisional
Pengobatan alternatif di Posyandu Kencana Mulya dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu di dusun Besole, Poncosari, Srandakan. Kegiatan ini dilakukan dengan pengolahan obat-obat tradisional, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam penanganan penyakit tertentu untuk pertolongan pertama pada penyakit tertentu.
d. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )
Dalam rangka membudayakan hidup sehat, Posyandu Kencana Mulya mengadakan kerja bakti setiap bulannya satu kali. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh masyarakat di wilayah posyandu tersebut. Untuk bapak-bapak melakukan bersih-bersih di jalan, sungai dan fasilitas umum lainnya, sedangkan untuk ibu-ibu melakukan bersih-bersih di sekitar rumah masing-masing dan menyediakan makanan bagi bapak-bapak.
6. Dana sehat
Dana sehat di Posyandu Kencana Mulya dilakukan oleh seluruh anggota posyandu dengan membayar iuran setiap dilakukan Posyandu dengan membayar uang sebesar 5 ribu rupiah setiap bulannya. Selain itu sumbangan di dapat pula dari sumbangan sukarela. Dana sehat diberikan bagi masyarakat yang membutuhkan dan sedang dalam perawatan karena sakit. Jumlah keluarga yang sudah menerima dana sehat ada 35 KK dari 69 KK. Jadi dana sehat mencapai 53%

B. Telaah Kemandirian Posyandu
Hasil dari pengamatan dan partisipasi di Posyandu Kencana Mulya dusun Besole, Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta pada 13 September 2009
NO INDIKATOR P. PURNAMA
1 Frekuensi Penimbangan > 8x / tahun
2 Jumlah kader yang bertugas pada hari H >5orang /bulan
3 Cakupan D/S >50%
4 Cakupan Imunisasi >50%
5 Cakupan KI <50%
6 Cakupan KB efektif <50%
7 Penambahan program: PJB, P2M,dll +
8 Dana sehat > 50%

Selain dari indikator tersebut, posyandu Kencana Mulya juga melaksanakan kegiatan rutin lainnya, diantaranya:
1. Pemberian makanan tambahan (PMT) bagi bayi balita dan lansia saat dilakukan posyandu. Makanan yang diberikan seperti bubur, buah, makanan lunak (agar-agar). Kegiatan ini dilakukan setelah posyandu selesai.
2. Adanya mainan sederhana di posyandu, hal ini bertujuan untuk meningkatka motorik anak agar perkembangan otaknya dapat maksimal dan pertumbuhan anak dapat lancar.
3. Adanya pelatihan pembuatan susu kedelai untuk ibu-ibu agar kebutuhan asupan kalsium anak dapat terpenuhi.




NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Meja I ada
2 Meja II ada
3 Meja III ada
4 Meja IV ada
5 Meja V ada
6 Frekuensi Penimbangan selama 1 tahun terakhir 12
7 Jumlah kader yang bertugas di hari H 6
8 Cakupan D/S 90,9%
9 Cakupan Imunisasi 90%
10 Cakupan KI 0%
11 Cakupan KB efektif 0%
12 Penambahan Program
a. Pemeriksaan Jentik berkala
b. Pemberantasan Penyakit Menular
c. Pengobatan Tradisional
d. PHBS
+
13 Dana sehat 53%

C. Lain-lain sesuai dengan Kondisi Posyandu
1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia dilakukan setiap bulan pada tanggal 13 setiap bulannya. Kegiatan posyandu lansia dilakukan setelah posyandu bayi dan balita selesai. Peserta posyandu lansia ada 35 orang . dan pada September 2009 yang hadir sebanyak 23 orang. Pada posyandu lansia juga dilakukan pelayanan-pelayanan seperti:


i. Penimbangan berat badan
Penimbangan berat badan pada lansia dilakukan dengan menggunakan timbangan pijak dan dilakukan pencatatan oleh kader. Untuk lansia KMS (Kartu Menuju Sehat) disimpan oleh kader. Dikarenakan untuk menghindari kehilangan.
ii. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh kader langsung.
iii. Pelayanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
Lansia mendapat makanan tambahan dari posyandu, seperti bubur dan buah.
2. Arisan Posyandu
Arisan posyandu digunakan untuk memberikan semangat untuk ibu-ibu agar datang ke Posyandu. Untuk ibu yang mendapat arisan posyandu akan mendapatkan barang-barang keperluan bayi dan balita, bukan berupa uang. Sehingga uang arisan tidak dibelanjakan barang-barang lain.
3. Pusat Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)
Untuk program ini merupakan program puskesmas, agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam pengembangan keluarga dimasyarakat di Posyandu Kencana Mulya. Dalam program ini, masyarakat diajarkan berbagai kegiatan, seperti : pengembangan kesehatan masyarakat, adanya pemberdayaan ibu-ibu untuk melatih dalam pembuatan makanan tambahan yang bergizi.






BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Posyandu (Pusat Pelayanan Terpadu) adalah wahana kegiatan masyarakatantara keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau desa yang melaksanakan lima program prioritas yaitu KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare. Posyandu juga suatu forum komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Posyandu Kencana Mulya termasuk Posyandu Purnama, hal ini dikarenakan Posyandu Kencana Mulya memiliki kegiatan Posyandu sebulan sekali, jumlah kader pada hari posyandu 6 orang, dan cakupan D/ S sebanyak 90,9%,dll.
Kegiatan yang dilakukan posyandu Kencana Mulya banyak melibatkan masyarakat secara langsung seperti:
1. Pemberian makanan tambahan
2. Penyuluhan kesehatan
3. Pemeriksaan jentik nyamuk
4. Pelayanan KB
5. Posyandu Lansia,dll.
Standar minimal dari posyandu adalah Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita yang terdiri dari 120 kepala keluarga. Sedangkan posyandu yang ideal melayani 100 balita/700 kepala keluarga.
Jumlah masyarakat Besole yang berpartisipasi dalam kegiatan posyandu semakin besar, ini terbukti dari jumlah keseluruhan bayi dan balita sebanyak 33 anak, datang 30 anak atau sekitar 90,9%.

B. SARAN
Peningkatan kinerja kader dalam mengajak masyarakat akan pentingnya datang ke Posyandu sangatlah penting dan peningkatan mutu dari posyandu sendiri sangat diperlukan. Tenaga kesehatan harus selalu memantau kesehatan masyarakat agar tercipta target Indonesia Sehat 2010. Selain itu, penyuluhan akan posyandu harus digalakkan dan diperkenalkan kepada masyarakat sejak dini, sehingga msyarakat paham akan pentingnya kesehatan dan mengetahui pelayanan-pelayanan yang ada di posyandu.
Kerjasama dengan pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan yang dibnerikan di posyandu kepada masyarakat.














DAFTAR PUSTAKA

Bari, Syaifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: yayasan Bina Sarwono Prawiroharjo.
DepKes. 2006. Pedoman Pengelolaan Posyandu. Jakarta: DepKes
Hidayat, Alimatul Hidayat. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Ranuh,dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Dokter Anak Indonesia.
www.infoibu.com














LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pengunjung Posyandu




















2. Dokumen Kegiatan





















3. Lain-lain

SEDIAAN OBAT

IDENTIFIKASI SEDERHANA OBAT-OBATAN


Laporan Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas
Mata Kuliah Praktikum Farmakologi
Semester III Kelas 3B




Disusun Oleh 3B2 :

1. Erfie Maedawati Diantoro 080105116
2. Yuliyanti 080105117
3. Sri Widayanti 080105118
4. Yenni Trisnawati 080105119
5. Nurbita Fajarini 080105120
6. Novita Dian Retnandari 080105121
7. Mergy Gayatri 080105122
8. Rizka Nurlaila Hidayati 080105123




Program Studi D3 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Tahun 2009/2010

BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Obat

a. Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993
Obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
b. Menurut Ansel (1985)
Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
c. Departement Kesehatan
merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
d. Menurut Farmakologi Fakultas Kedokteran UI
obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi,Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)

Obat merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis, menyembuhkan, mencegah suatu penyakit.

B. Obat Paten dan Obat Generik
Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2006-2009, secara internasional obat hanya dibagi menjadi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik.
1. Obat paten
Obat Paten atau obat inovator adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.
Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.
2. Obat Generik
Setelah obat paten habis masa patennya, obat itu kemudian boleh ditiru, diproduksi dan dipasarkan oleh perusaahan lain. Obat tiruan itu dinamakan obat generik atau obat copy. Secara otomatis, obat paten yang habis masa patennya (eks paten) juga berubah status menjadi obat generik (generik= nama zat berkhasiatnya).
Di Indonesia, obat generik dibedakan lagi menjadi dua jenis, yakni obat generik berlogo dan generik bermerek (branded generic).Obat generik berlogo adalah obat generik yang dijual memakai nama generik obat sebagai merek dagangnya. Misalnya amoksisilin tetap dijual dengan nama amoksisilin. Yang membedakan antara amoksisilin produksi perusahaan obat satu dengan yang lain adalah logo perusahan produsen yang tercantum di kemasan.
Sedangkan obat generik bermerek adalah Obat paten yang sudah habis masa patennya biasanya dipasarkan dengan nama dagang yang tetap, tidak berubah. Obat seperti ini digolongkan obat generik bermerek. Jadi ada dua obat generik bermerek, yaitu obat eks paten dan obat tiruan yang dibuat oleh produsen lain. Dengan kata lain obat generik bermerek adalah obat generik yang dijual dengan nama sesuai keinginan produsennya. Misal parasetamol, maka mereknya bisa Tempra, Sanmol, Panadol atau yang sejenisnya. Merek bisa berbeda tapi isinya tetap sama, yaitu parasetamol.


Meski sama-sama obat generik, harga obat generik bermerek jauh lebih mahal dibandingkan generik berlogo bisa sampai 40 – 80kali lipat lebih mahal. Ini disebabkan karena obat generik berlogo diproduksi dalam skala besar dijual dengan kemasan yang besar-besar serta tidak dipromosikan secara besar-besaran. Harganya pun ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan obat generik bermerek harganya ditentukan oleh produsen dan menjadi mahal karena penjuanya disertai kegiatan promosi.
Sejak tahun 2006, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) telah mengeluarkan Surat Edaran No. 100/SK/GPFI/2006 tanggal 1 September 2006 yang berisi himbauan kepada perusahaan farmasi untuk menurunkan harga obat bermerk sehingga harganya berkisar 3 kali lipat harga obat generik.
Harga obat generik bermerek (obat bermerk) yang diturunkan meliputi 34 item obat esensial bermerek yang mencakup lebih kurang 1.400 sediaan yang diproduksi berbagai perusahaan farmasi swasta yang merupakan anggota GP Farmasi kecuali Perusahaan Modal Asing (PMA).
Mayoritas obat yang beredar di indonesia saat ini tergolong obat generik. Obat paten jumlahnya hanya sekitar 8% terdiri dari obat-obatan untuk penyakit tertentu, antara lain kanker, HIV/AIDS, dan flu burung.

C. Sejarah Obat Generik
Obat Generik Berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu.
Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat. Oleh karena itu, sejak tahun 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Harga obat generik bisa ditekan karena obat generik hanya berisi zat yang dikandungnya dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak diperlukan biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya. Proporsi biaya iklan obat dapat mencapai 20-30%, sehingga biaya iklan obat akan mempengaruhi harga obat secara signifikan.
Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pemanfaatan obat generik akan memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

1. Kualitas Obat Generik Tidak Kalah
Orang sering mengira bahwa mutu obat generik kurang dibandingkan obat bermerk. Harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerk.
Padahal generik atau zat berkhasiat yang dikandung obat generik sama dengan obat bermerk. Kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerk karena dalam memproduksinya perusahaan farmasi bersangkutan harus melengkapi persyaratan ketat dalam Cara-cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu juga ada persyaratan untuk obat yang disebut:
a. Uji Bioavailabilitas/Bioekivalensi (BA/BE).
Obat generik dan obat bermerk yang diregistrasikan ke BPOM harus menunjukkan kesetaraan biologi (BE) dengan obat pembanding inovator.
Inovator yang dimaksud adalah obat yang pertama kali dikembangkan dan berhasil muncul di pasaran dengan melalui serangkaian pengujian, termasuk pengujian BA.
Studi BA dan atau BE seharusnya telah dilakukan terhadap semua produk obat yang berada di pasaran baik obat bermerk maupun obat generik. Namun, pemerintah dalam hal ini BPOM masih fokus pada pelaksanaan CPOB
Jaminan kualitas obat generik : Wajib BABE
Uji BA/BE menjadi prasyarat registrasi obat yang telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala BPOM-RI. Uji BA/BE diperlukan untuk menjaga keamanan dan mutu obat generik. Dengan demikian, masyarakat terutama klinisi mendapat jaminan obat yang sesuai dengan standar efikasi, keamanan dan mutu yang dibutuhkan. Studi BE memungkinkan untuk membandingkan profil pemaparan sistemik (darah) suatu obat yang memiliki bentuk sediaan yang berbeda-beda (tablet, kapsul, sirup, salep, suppositoria, dan sebagainya), dan diberikan melalui rute pemberian yang berbeda-beda (oral/mulut, rektal/dubur, transdermal/kulit).

b. Uji Bioavailabilitas/ketersediaan hayati (BA)
Rate (kecepatan zat aktif dari produk obat yang diserap di dalam tubuh ke sistem peredaran darah) dan extent (besarnya jumlah zat aktif dari produk obat yang dapat masuk ke sistem peredaran darah), sehingga zat aktif/obat tersedia pada tempat kerjanya untuk menimbulkan efek terapi/penyembuhan yang diinginkan.
c. Uji Bioekivalensi/kesetaraan biologi (BE)
Tidak adanya perbedaan secara bermakna pada rate dan extent zat aktif dari dua produk obat yang memiliki kesetaraan farmasetik, misalnya antara tablet A yang merupakan produk obat uji dan tablet B yang merupakan produk inovator, sehingga menjadi tersedia pada tempat kerja obat ketika keduanya diberikan dalam dosis zat aktif yang sama dan dalam desain studi yang tepat.
Menurut DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes dokter bisa percaya dan berani meresepkan obat generik asalkan ada uji BA/BE yang hasilnya bagus dan dipublikasikan.
Pada obat bermerek dagang memang dilakukan pemillihan bahan pembantu (bahan tambahan yang digunakan untuk membentuk produk obat selain zat aktif) yang spesial dan kemasan produk yang menawan yang menjadikannya terasa istimewa.
Sedangkan pada obat generik dilakukan penekanan biaya produksi untuk penurunan harga produk. Akan tetapi berkat adanya studi BA dan atau BE, obat generik akan memberikan jaminan keamanan dan khasiat pengobatan walaupun kemungkinan adanya perbedaan sifat fisiko kimia zat aktif yang digunakan (bentuk kristal dan ukuran partikel) pada kedua produk obat tersebut.

2. Obat Generik Adalah Hak Pasien
Menurut dr. Marius Widjajarta, SE, UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah menguraikan apa yang menjadi hak-hak seorang pasien, antara lain:
1. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur.
2. Hak untuk jaminan kemanan dan keselamatan.
3. Hak untuk ganti rugi.
4. Hak untuk memilih.
5. Hak untuk didengar.
6. Hak untuk mendapatkan advokasi.
7. Hak-hak yang diatur oleh perundang-undangan.
Tidak tanggung-tanggung, jika melanggar maka sanksi yang diberikan cukup berat. Pelanggar UU tersebut dapat dikenai denda maksimal 2 milyar dan kurungan maksimal 5 tahun

Tabel Golongan Obat

Golongan Obat Contoh Obat
Obat Kimia / Sintetik Paracetamol, Erythromycin, Vitamin C
Natural Medicine Nephrolith, Imunos, Stimuno
Obat Generic Asam Mefenamat, Amoksisilin, Furosemid
Obat Patent ( original product ) Ponstan, Lasix, Rochepin inj, Toradol inj, Voltaren
Obat branded generic (mee too product) Pondex, Broadced inj, Remopain inj, Flamar



TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui berbagai macam bentuk sediaan obat.
2. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan berbagai macam sediaan obat.


CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Tiap kelompok bekerja dengan bentuk sediaan tertentu secara bergantian. Amati tiap sediaan obat, catatlah:
1. Nama obat (merk dagang)
2. Nama generic (zat berkhasiat/ isi obat)
3. Jumlah dosis kandungan obat
4. Bentuk sediaan jadi
5. Cirri-ciri fisik (warna, bau dll)
6. Cara penggunaan (p.o;s. l, dll)









BAHAN DAN ALAT

Tabel Penggunaan Obat Peroral
Rute
Penggunaan Bentuk
Sediaan Bentuk Jadi
Sediaan Contoh Obat
Oral
Bentuk
Padat
















Bentuk
Padat

Bentuk
Cair Tablet












Kapsul





Serbuk

Larutan

Elixir

Sirup

Emulsi

Suspensi

Dry Sirup 1.Tablet Kempa ( tablet cetak biasa ).ex : Paracetamol Tab, Decolgen
2. Tablet Kunyah, ex: antasida tab, calcium, Lactat, Erysanbe chewable
3. Tablet salut, ex: salut gula (Neurobion, Ferro sulfat, Enervon C), salut film (DMP, Mucohexin), Salut enteric (Voltaren, Dansera)
4. Tablet Efferevencent: CDR, Berocca, Supradyn.
5. Tablet lepas lambat: Voltaren SR (aksi ulang), voltaren Retard (aksi diperpanjang), Tramal Retard
1. Kapsul keras: Chlormphenicol 250mg, Rifampisin 300mg
2. Kapsul Lunak : Natur E
3. Spansul ( kapsul lepas lambat : Rhinos SR)
1. Serbuk terbagi ( oralit, smecta, lacto B)
2. Serbuk tak terbagi ( garam inggris )
3. Serbuk Effervencent ( extra jos, jess cool)
Paracetamol Sirup

Bisolvon elixir

Cohistan Sirup

Scot Emulsion

Antasida susp

Amoxycilin Syr, Ampicilin Syr

Tabel Penggunaan Melalui Mukosa

Rute
Penggunaan Bentuk
Sediaan Bentuk Jadi
Sediaan Contoh Obat
Selaput Lendir Padat





Semi Padat Tablet





Suppositoria

Ovula

Salep Mata 1. Lozenges ( tablet hisap) : FG troches
2. Tablet Sublingual : cedocard, ISDN ( isosorbid dinitrat)
Tablet Vaginal : Canesten VT

Dumin Supp, Borraginol Supp

Flagyl Ovula, Flagystatin Ovula

Ikamicetin ZM, Cendo Fenizol ZM
Mukosa Kulit Cair


Bentuk Padat

Bentuk Cair


Semi Padat Tetes mata
Tetes telinga

Serbuk


Larutan

Lotion

Salep kulit

Krim

Pasta

Jelly
Colme TM, Chlroramphenicol TM
Colme TT, otopain TT

Necabetin powder, Caladin powder


Rivanol kompres, Povidon Iodene

Caladine lotion

Ikamicetin ZK, Oxytetrasiklin ZK

Acyclovir cream, miconazole cream

Solcocoryl pasta

bioplacenton

Tabel Penggunaan melalui IV atau Inhalasi

Rute
Penggunaan Bentuk Sediaan
jadi Contoh Obat
Injeksi Larutan

Suspensi dalam air

Kristal seril untuk
Dilarutkan

Infus intravena Injeksi magnesium Sulfat ( MgSO4), injeksi Dexamethason, injeksi Farbion
Injeksi Depo Medrol

Ampicilin inj, Amoxycilin inj


Rl (Flabot), Metronidazole ( botol kaca)
Inhalasi Aerosol

Padat Ventolin Nebules

Vick Inhaler




HASIL PENGAMATAN

1. Nama Obat : Ketricin 0,1%
Nama Generik : triamcinolone acetonide
Jumlah dosis : 5 gram mengandung 0,1%
Indikasi : Lesi akut dan kronik dari mukosa rongga mulut, misalnya ulkus aftosa, stamatitis ulseratif, denture stomatitis, gingivitis deskuamatif, liken planus erosiva, lesi mukosa oral karena trauma.
Kontraindikasi : Tuberkulosis kulit, infeksi jamur, virus (herpes simpleks dan varisela) dan infeksi bakteri pada ronggamulut dan tenggorokan yang tidak mendapat terapi anti infeksi yang tepat.
Perhatian : Supresi adrenal selama penggunaan janga panjang atau pada penggunaan perban atau plester atau dibalut.Pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme pada penggunaan jangka panjang dan pada urea luas.Hamil.
Efek samping :Perubahan metabolisme glukosa, katabolisme prtein, tukak peptik aktif.
Sediaan : salep (semipadat)
Ciri fisik : putih, salep, semipadat
Cara penggunaan : dioleskan ke mukosa mulut
Pabrik : PT Ferron

2.Nama Obat : Nature-E
Nama Generik : D-α-tokoferol.
Jumlah dosis : Kapsul lunak 100 iu x 160's.
Indikasi : Penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), penyakit jantung koroner, gangguan kesuburan, aborsi habitualis (keguguran yang berturut-turut pada 3 kehamilan atau lebih), impotensi, distrofi otot, lesu, artritis (radang sendi).
Sediaan : kapsul lunak
Ciri fisik : kapsul
Cara penggunaan : diminum (peroral)
Pabrik : PT Darya Varia Laboratoria

3. Nama Obat : Ventolin Nebule 2.5 mg
Nama Generik : Salbutamol Sulfat.
Jumlah dosis : 2,5mg dlm 2,5ml
Indikasi : Pengobatan & pencegahan asma bronkhial. , Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel., Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis.
Kontraindikasi : Aborsi yang mengancam selama trimester pertama atau kedua masa kehamilan.Toksemia (darah keracunan) saat kehamilan, perdarahan sebelum melahirkan, plasenta previa (uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi mulut rahim).

4. Nama obat : Sanpicilin
Nama generik : Ampicilin Anhidrat
Dosis : 5ml/ 125 mg
Sediaan : Padat / Dry Syrup
Ciri fisik : dikocok dulu, ditambah air, sebuk padat dan berwarna putih.
Cara penggunaan : Peroral
Kontraindikasi : Kepekaan pada penicilin
Pabrik : PT Sanbe Farma

5. .Nama obat : Depo Medrol
Nama generik : Methylprednisolone acetate, USP
Jumlah dosis : Methylprednisolone acetate 40 mg/ml
Bentuk sediaan jadi : Cair tersuspensi
Ciri-ciri fisik : warna putih, cair bercampur serbuk
Cara penggunaan : injeksi IM
Pabrik pembuat : Pfizer

6. Nama obat : Cohistan
Nama generik : Guaifenesin, Clorfeniramin Maleat
Jumlah dosis : setiap 5 ml mengandung Guaifenesin 50 mg, Clorfeniramin Maleat 1 mg
Bentuk sediaan jadi : cair, sirup
Ciri-ciri fisik :cair, jernih
Cara penggunaan :oral
Pabrik pembuat :Medifarma Laboratories

7. Nama obat : Cohistan Ekspetoran
Isi : 50mg Gliseril guaiakolat, 1mg/5ml klorfeniramin.
Sediaan : Cair (syrup)
Ciri fisik : untuk batuk pilek, bentuk syrup.
Cara penggunaan : 3-4xsehari 5ml anak 2-6 thn, 7ml anak 7-12, dewasa 15ml.
Pabrik : Biomedis Mediafarma

8.Nama obat :Nebacetin Powder
Nama generik :Neomycin sulphate, Bacitracin
Jumlah dosis :tiap 1 gr mangandung Neomycin sulphate 5 mg, Bacitracin 250 IU
Bentuk sediaan jadi :padat berupa serbuk
Ciri-ciri fisik :warna putih

Cara penggunaan :mukosa kulit
Pabrik pembuat :Pharos

9.Nama obat :Supradyn
Nama generik :-
Jumlah dosis : Tiap kaplet atau tablet buih: Vit-A, vit-B1, vit-B2, vit-B6, vit-B12, vit-C, vit-D, vit-E, nikotinamida, biotin, asam folat, Ca, Mg, besi, mangan, fosfor, tembaga, seng
Bentuk sediaan jadi :kaplet/tablet
Ciri-ciri fisik :keras
Cara penggunaan :oral
Pabrik pembuat :Bayer

10. Nama Obat : Cavit D3
Nama Generik : -
Jumlah Dosis : Calcium hydrogen, phosphate dihydrate 500 mg, cholecalciferol 133 iu.
Bentuk sediaan jadi : tablet salut
Ciri-ciri fisik : warna putih
Indikasi : Suplemen kalsium untuk wanita hamil dan menyusui.
Pencegahan osteoporosis saat menopause
Cara penggunaan : oral (dikonsumsi bersama makanan)
Pabrik pembuat : Merck

11. Nama Obat : Miconazole krim 2%
Nama Generik : Miconazol Nitrat
Jumlah dosis : tiap gram mengandung miconazol nitrat 0,02 gram
Bentuk sediaan : Semi padat
Ciri-ciri fisik : kemasan berbentuk tube
Cara penggunaan : dioles
Pabrik pembuat : PT Kimia Farma

12. Nama Obat : Canesten
Nama Generik : Klotrimazole
Jumlah Dosis : Klotrimazole 1%
Bentuk Sediaan : Krim
Ciri-ciri fisik : kemasan berbentuk tube, krim berwarna putih
Cara Penggunaan : dioles
Pabrik Pembuat : PT Bayer Indonesia

13. Nama Obat : Colme ®
Nama Generik : Chloramphenicol
Jumlah Dosis : Tiap gram mengandung clorampenicol 0,5%
Bentuk Sediaan : Tetes mata
Ciri-Ciri Fisik : cair
Cara Penggunaan : diteteskan dimata
Pabrik Pembuat : PT Interbat

14. Nama Obat : Lacto –B
Nama Generik : -
Isi Obat : Serbuk krim nabati, dekstrosa, campuran bakteri asam laktat (L. Acidophilus, B. Longum, S Thermophilus) 1,0 x 10 7 cfu/g, susu mineral konsentrat, vit C, vit B1, vit B2 , vit B6, Niacin & Zinc oxide
Jumlah dosis : -
Bentuk Sediaan : Serbuk
Ciri-Ciri Fisik : kemasan sachet panjang
Cara Penggunaan : oral (dapat diberikan bersama makanan bayi dan susu formula)
Pabrik Pembuat : Novell Pharma

15. Nama Obat : Pil KB kombinasi
Nama Generik : Levonorgestrel & Ethinyl Estradiol
Jumlah Dosis : Levonorgestrel 0,150 mg, Ethinyl Estradiol 0,030 mg
Bentuk Sediaan : 21tablet aktif salut gula (kuning)
7 tablet aktif salut gula ( putih)
Ciri-Ciri Fisik : kecil, padat, keras
Cara Penggunaan : oral
Pabrik Pembuat : PT Sunthi Sepuri

16. Nama obat : Cedocard Retard
Nama Generik : Isosorbide dinitrat
Jumlah dosis : 20 mg atau tablet retard 20 mg x 60 biji
Bentuk sediaan : tablet
Pabrik pembuat : Darya Varia Laboratoria
Ciri fisik ; Warna putih, bentuk pipih dan bertuliskan “cc”
Cara penggunaan : Tablet diminum (oral ) setelah makan pagi dan sebelum tidur 2x
sehari 1 tablet makan pagi dan sebelum tidur
Indikasi : Angina pektoris, gangguan anginat setelah setelah infark jantung,
pencegahan angina pektoris pada penyakit koroner jantung menahun,
kelainan angina setelah infark miokardinal dan gagal jantung
Interaksi obat : Mempertinggi aksi hipotensi jika digunakan dengan antihipertensi

17. Nama obat : Metrodinazole Fresenius
Nama Generik : metrodinazole
Jumlah dosis : Dalam 100 ml berisis:
- Metrodinazole 500 ml
- Sodium Chloride 740 mg
- Disodium hydrogen phosphate 12H2O 150 mg
- Citric acid Monodihydrate 44 mg
- Na+ 135 mmol/ l 135 mEq
- Cl- 126,6 mmol/l 126,6 mEq
- PO4--- 4,2 mmol/4,2 mEq
- Theor Osmolarity 297 mosm/l
Bentuk sediaan : cairan
Pabrik pembuat : fresenius kabi Deutschland GmbH
Ciri fisik : cairan bening
Cara penggunaan : Lewat mukosa tubuh. Larutan infus 500 mg x 100 ml x 10. Dewasa dan anak >12 tahun ( BB= 70 kg ): 300 ml atau 3x 100 ml 1x seahri; anak <12 tahun: 22,5 mg/kgBB/hari. Maks: 10 hari


19. Nama obat : Osteocal
Nama Generik :-
Isi : Kalsium karbonat, manitol, ovicel, povido. Sakarin natrium magnesium, stearat, amylum myids, aerosil
Bentuk sediaan : Tablet kunyah
Jumlah dosis : (HNA+) Dosis 5x6 tablet
Pabrik pembuat : Nicholas ( Rega Trademark )
Ciri fisik : Warna ungu, bentuk kotak, suplemen kalsium untuk membantu kekurangan kalsium pada wanita hamil dan menyusui
Cara penggunaan : Dihisap sehari 1-2 tablet
Indikasi : Perawatan dan infeksi profilaksis
Kontraindikasi :Hipersensitif, kehamilan trimester pertama dan masa laktasi. Hati- hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal/ pernah mengalami batu saluran kemih, dianjurkan untuk minum air banyak. Vit D dosis tinggi dihindari selama terapi kalsium kecuali bila ada indikasi khusus


20. Nama obat : CALCIDIN
Nama Generik : -
Isi : CA-dihidrogenfosfat, Ca-glukonat, vit-B1, vit-B2, vit-B6, vit- B12, vit-C, vit-A, vit-D3, nikotinamid, d-pantotenol, asam folat tiap 5 ml sirup. Tiap tablet : Ca-dihidrogenfosfat, kalsium laktat, vit-C, vit-D3
Jumlah dosis : Botol 60 ml, Dos 10x10 tablet
Bentuk sediaan jadi : cair dan sirup
Pabrik pembuatan : OTTO
Ciri fisik : -
Cara penggunaan : Dewasa, 3x sehari 1-2 tablet atau 10 ml sirup; anak, 2x sehari 1-2 tablet atau 3x sehari 5 ml sirup

21. Nama obat : TRUNAL-DX RETARD
Nama Generik : -
Isi : Tramadol HCL 100 mg
Jumlah dosis : -
Bentuk sediaan jadi : -
Pabrik pembuatan : Ferron / Heumann
Ciri fisik : untuk nyeri sedang - berat
Cara penggunaan : dewasa dan anak 16 th; awal 100mg 2x /hari, dapat ditingkatkan s/d 200mg 2x /hari. Maksimal 400 mg/hari. Tablet lepas lambat 100mg x 10ara penggunaan ditelan utuh
Efek sanping : berkeringat, sensasi panas pada wajah, sakit kepala (pusing), mual muntah, konstipasi, mengantuk, mulut kering, kelelahan

22. Nama Obat : Otsu MgSO4
Isi : 40% MgSO4 (Magnesium Sulfate), Osmolarity 3,2 m.
Jumlah Dosis : 10 gram MgSO4/25 ml.
Bentuk Sediaan : Larutan
Ciri-Ciri Fisik : Cair
Cara Penggunaan : Injection USP IM
Indikasi : Syok bedah trauma, luka bakar, haemoragia.
Kontraindikasi : Blokade jantung, kerusakan ginjal yang serius, kerusakan miokardial, hepatic adison’s disease.
Efek Samping : Biasanya dihubungkan dengan hipermagnesemia, mual, muntah, haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi nafas, ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah otot, kolik, dan diare pada pemberian oral.
Pabrik : PT. Otsuka Indonesia

23. Nama Obat : Smecta
Isi : Dioctahedral Smectite 3 gram.
Jumlah Dosis : 3 gram/ bubuk x 10 bungkus.
Bentuk Sediaan : Padat
Bentuk Sediaan Jadi : Serbuk
Cara Penggunaan : Larutkan isi sachet ke dalam 50 ml air per ½ gelas air, aduk sampai larut sempurna. Serbuk untuk suspensi oral atau pada kolitisi atau spasme kolon diberikan sebelum makan. Dewasa dan anak> 12 tahun= 3 sachet/ hari. Umur 6-12 tahun diberi 1-2 sachet per hari. Umur< 6 tahun sesuai petunjuk dokter.
Indikasi : untuk pengobatan simptomatik pada diare non spesifik.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap salah satu komponen.
Efek Samping : Konstipasi
Interaksi Obat : Bisa mengganggu waktu dan kecepatan absorbsi obat-obat lainnya jika diberikan secara bersamaan.
Perhatian : Dehidrasi dan insufisiensi ginjal berat.
Rute Pemberian : Oral
Pabrik : PT. Combiphar Bandung, Indonesia.

24. Nama Obat : Neurobion
Isi : Thiamine Hcl, Pyridoxol Hcl, dan Cyanocobalamin. Satu ampul mengandung vitamin B1 hidrocloride 100 mg, vitamin B6 hidrocloride 100 mg, dan B12 1000 mcg.
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit karena kekurangan vitamin B1, B6,dan B12 seperti beri-beri, neuritis perifer, neuralgia.
Takaran Pemakaian :1 tablet salut gula sehari atau sesuai petunjuk dokter.
Cara Kerja Obat :Thiamine penting untuk metabolisma kabohidrat, dalam tubuh dikonversi menjadi bentuk aktifnya thiamine pirofosfat yang merupakan koenzim pada reaksi dekarboksilasi asam a-keto. Pyridoxol HCI di dalam tubuh di ubah menjadi pyridoxol fosfat, yang merupakan koenzim reaksi karbksilasi dan transaminasi, berfungsi terutama dalam metabolisme protein dan asam amino.vitamin B12 diperlukan dalam sintesis asam nukleat, dan mielin, dangan demikian mempengaruhi pematangan sel dan memelihara keutuhan jaringan saraf.
Penyimpanan :Simpan di tempat yang kering, suhu di bawah 25 derajat C.
Jenis :Tablet
Bentuk Sediaan : cairan
Pabrik : Merck.

25. Nama Obat : Antasid.
Jumlah Dosis : 5 ml
Isi : Ferron par pharmaceutifals
Dosis : Aluminium hidroksida dried gel 250 mg (setara dengan aluminium hidroksida 200 mg dan magnesium hidroksida 200 mg).
Indikasi : Untk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, dan nyeri ulu hati.
Bentuk Jadi Sediaan : Suspensi
Bentuk Sediaan : Cair
Pabrik : Dexa Medica

26. Nama obat : Cendo Fenicol
Isi : Kloramfenikol 1%, Polymyxin B Sulfate, Chloram henicol
Jumlah dosis : 1% 3,5 gr
Bentuk sediaan jadi : Salep semi padat
Cara penggunaan : Oleskan di mata dan dengan resep dokter.
Ciri fisik : Salep
Pabrik : Cendo Pharmaceutical Industries
Rute penggunaan : Selaput lendir

27. Nama obat : Caladine
Isi : Diphenhydramine HCL 2%, Calamine 5%, Zinc Oxide 10%, Glycerin 5%, Camphora qs
Jumlah dosis :60 ml
Bentuk sediaan jadi : Lotion, cair
Cara penggunaan : Oleskan pada tubuh yang gatal, bersihkan bagian kulit yang gatal. Oleskan pada bagian tubuh yang gatal 2-4 x sehari. Sebaiknya digunakan sehabis mandi dan pada sore hari.
Indikasi : Mengobati gatal karena biang keringat, udara panas, gigitan serangga. Juga sebagai antiseptik kulit, astringensia dan anti alergi.
Pabrik : PT. Yupharin Pharmaceuticals

28. Nama obat : Rivanol
Isi : Rivanol 0,1%
Jumlah dosis : 100 ml
Bentuk sediaan jadi : Larutan
Ciri fisik : Cair
Cara penggunaan : Kompres pada bagian yang sakit
Pabrik : Nufarindo

PENULISAN RESEP
R/










BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sesuai dengan UU No 8 tahun 1999, “Pasien memiliki hak untuk memilih pengobatan. mengatakan bahwa pasien harus dokter untuk menuliskan resep obat generik. Oleh karena itu mintalah obat generik ketika berobat ke dokter dan ingatkan dokter bahwa jika dokter tidak memberikan informasi yang benar, jujur dan jelas maka dokter bisa melanggar UU No. 8 tahun 1999.”
2. Jadi tidak ada alasan terutama bagi konsumen yang berkantong tebal untuk ragu dan merasa ‘bersalah’ jika hendak memilih obat generik dengan alasan penghematan. Apalagi dalam kondisi bangsa saat ini yang sedang menderita kronis akibat permasalahan hukum, politik, ekonomi, dan keamanan, di mana diperlukan kecerdasan seorang konsumen dalam memilih pengobatan.
3. Obat Paten atau obat inovator adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.
4. Setelah obat paten habis masa patennya, obat itu kemudian boleh ditiru, diproduksi dan dipasarkan oleh perusaahan lain. Obat tiruan itu dinamakan obat generik atau obat copy. Secara otomatis, obat paten yang habis masa patennya (eks paten) juga berubah status menjadi obat generik (generik= nama zat berkhasiatnya).

B. SARAN
1. Bagi masyarakat harus berhati-hati dalam membeli dan mengkonsumsi obat, kita harus mengerti efek, kontraindikasinya dan sediaan yang ada pada obat agar obat lebih cepat bereaksi.
2. Masyarakat harus mengetahui jenis obat apakah paten atau generik,dll.
3. Bagi tenaga kesehatan harus komunikasi aktif dengan masyarakat agar tidak timbul akibat yang tidak diinginkan.


Daftar pustaka

http://www.medicastore.com/obat_generik/
http://masarie.wordpress.com/2007/10/10/pilih-obat-generik-atau-paten/
ISO
MIMS

anastesi lokal

OBAT – OBAT ANESTESIKA

A. LANDASAN TEORI
1. Anestetika Lokal
Anestetik lokal atau penghilang rasa sakit setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Misalnya cara mematikan rasa setempat juga dapat dicapai dengan pendinginan yang kuat (freezing anaesthesia) atau melalui keracunan protoplasma (fenol).
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestetikum lokal, antara lain;
a. Tidak merangsang jaringan.
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
Mulai kerja obat sesingkat mungkin, tetapi dapat bertahan cukup lama dan dapat larut dengan air serta menghasilkan larutan yang stabil terhadap pernapasan (sterilisasi).
Pada anestesi sendiri dapatdibagi menjadi tiga fase: induksi, pemeliharaan, dan sadar kembali. Pengertianya sebagai berikut :
 Induksi didefinisikan sebagai suatu periode waktu dari mulai pemerian anastesi sampai pada anastesi pembedahan yang efektif pada penderita. Induksi anastesi tergantung dari seberapa cepatnya konsentrasi efektif obat anastesi yang mencapai otak. Selama fase induksi adalah perlu untuk mencegah fase eksitatori (Stadium II delirium) yang ditandai oleh beberapa anastesi kerja lambat. Jadi anastesi umum secara normal diinduksi dengan suatu anastesi intravena seperti thiopental, keadaan tidak sadar dicapai setelah disuntik 25 menit.
 Pemeliharaan adalah waktu selama penderita mengalami anestesi pembedahan. Setelah pemberian campuran anastesi pilihan, ahli anestisiologi memonitor tanda-tanda vital penderita dan respon terhadap berbagai stimuli selama prosedur pembedahan untuk mendapatkan keseimbangan jumlah obat inhalasi dan/ atau infus dengan kedalama anestesi. Anestesi biasanya dipelihara dengan pemberian anestesi gas atau anestesi volatile, karena obat-obat ini menawarkan kontrol terus-menerus yang baik terhadap kedalaman anestesi.
 Sadar kembali dari anestesi adalah waktu dari putusnya pemberian obat anestesi sampai kesadaran kembali.

2. Anestetika Umum
Anastesi umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat si SSP yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.
Anastesia digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).
Anastetika umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anastesia untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia otot. Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut-turut menghentikan aktivitas bagiannya. Ada 4 taraf narkosa, yaitu :
a. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang dan terjadi euforia (rasa nyaman) yang disertai impian yang mirip halusinasi. Eter dan nitrigenmonoksida memberikan analgesia baik pada taraf ini, sedangkan halotan dan tiopental baru pada taraf berikut.
b. Eksitasi : kesadaran hilang dan timbul kegelisahan. Kedua taraf ini juga disebut taraf induksi.
c. Anastesia : pernafasan menjadi dangkal, cepat dan teratur, seperti pada keadaan tidur (pernafasan perut), gerakan mata dan refleks mata hilang, sedangkan otot menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sumsum tulang : kegiatan jantung dan pernafasan terhenti. Taraf ini sedapat mungkin dihindarkan.

Sejak diperkenalkannya anestetika umum, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengaitkan antara efek yang ditimbulkan dengan kedalaman anastesi. Penjelasan tradisional terhadap gejala-gejala dan tahapan-tahapan anestesi disimpulkan dari penelitian efek diethyl ether, yang mempunyai mula kerja sentral sangat lambat, disebabkan karena daya larutnya sangat tinggi di dalam darah. Tahapan dan gejala lanjutan dan menengah jarang terjadi pada anestetika inhalasi dan intravena modern yang bermula kerja sangat cepat. Lebih jauh lagi, kebanyakan protokol anastesi untuk prosedur-prosedur mayor sekarang terdiri dari kombinasi anestetika inhalasi dan intravena. Sekalipun demikian, gejala-gejala anestesis dari diethyl ether masih menjadi pegangan untuk memperkirakan efek anestetika untuk semua golongan anestetika umum. Banyak dari gejala-gejala ini yang mengacu pada efek anestetika pada nafas, gerakan refleka, dan tonus otot.
Berdasarkan cara penggunaannya, anestetika umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yang penting yaitu :
a. Anestetika Inhalasi.
Contoh dari anestetika inhalasi yaitu gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran dan sevofluran. Obat-obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah resorpsi yang cepat melalui paru-paru seperti juga ekspresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anestesi. Dewasa ini senyawa kuno ether, kloroform, trikloretilen, dan siklopropan praktis tidak digunakan lagi karena efek sampingnya.
b. Anestetika Intravena.
Contoh dari anestetika intravena yaitu tiopental, diazepam, dan midazolam, ketamin, dan propofol. Obat-obat ini juga dapat diberikan dalam suppositoria secara rektal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anestesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anestesi pada pembedahan singkat.

Sebagai anestetika inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan pada dosis yang tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekedar memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anestetika inhalasi dibandingkan dengan anestetika intravena ialah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anestetika umum tidak dimetabolisme oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali. Oleh karena itu, teori yang mencoba menerangkan khasiatnya selalu didasarkan atas sifat fisiknya, misalnya tekanan parsial udara yang diinhalasi, daya fusi dan kelarutannya dalam air, darah dan lemak. Semakin besar kelarutan suatu zat dalam lemak, semakin cepat difusinya ke dalam jaringan lemak dan semakin cepat tercapainya kadar yang diinginkan dalam SSP.
Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anestetika umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat-gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anestesia.
Salah satu obat yang digunakan sebagai anestesi ialah eter yang biasanya terdapat dalam bentuk diethylether. Eter berupa cairan dengan bau khas yang sangat mudah menguap dan juga menyala, juga eksplosif. Khasiat analgesia dan anestetisnya kuat dengan relaksasi otot baik. Eter digunakan digunakan pada berbagai jenis pembedahan, terutama bila relaksasi otot. Sebagian besar eter diinhalasi, dikeluarkan melalui paru-paru dan sebagian kecil dimetabolisasikan di hati. Batas keamanannya lebar. Eter mudah melewati plasenta. Eter memiliki efek samping dalam merangsang mukosa saluran nafas, hingga perlu diberikan pre-medikasi berupa morfin-atropin 10-0,25 mg. berhubung dengan kelarutannya yang baik dalam darah, induksi berjalan dengan lambat dan sering kali disertai ketegangan. Efek ludah dan sekret bronchi, sedangkan pengeluaran urin berkurang. Pemulihannya lambat dan disertai efek tidak enak. Biasanya digunakan campuran 6-7 % dengan udara melalui sistem terbuka atau tertutup.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui penggolongan, indikasi, kontra indikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, efek samping, cara pemberian dan hal – hal yang berhubungan dengan proses asuhan kebidanan dari obat – obat anestesi local maupun anestesi umum.

C. BAHAN DAN ALAT
No Nama Obat No Nama Obat
1 Aether anaestheticus soln. 140 ml 7 Marcain ( bupivacain HCl ) 0,2%
2 Diprivan (propovol)1% 20 mlAmpul 8 Pehacain ( lidocain )
3 Emla cream 5 gr 9 Halothane Aventis Pharm
4 Ethrane ( enflurane ) 250 sol 10 Procaine HCl 40 mg Ampul
5 Extracain 2% 2ml ampul 11 Sevorane ( sevoflurane )
6 Forane ( isoflurane ) sol.100ml 12 Xylocaine ( lignocaine HCl )

D. CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian. Amati tiap sediaan obat, catatlah :
1. Nama obat ( merek dagang ) dan zat berkhasiat
2. Indikasi, kontra indikasi
3. Farmakokinetik, farmakodinamik
4. Efek samping
5. Cara pemberian
6. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan.

E. Hasil Pengamatan
Pengamatan Hasil
Nama obat (merek) Aether anaestheticus soln.140 ml
Nama generik (isi obat) Ether
Jumlah dosis (mg/g) untuk induksi : 10-20 mg% volume uap aether dalam O2 atau campuran O2 dan N2O
Untuk dosis penunjang stadium III : 5-15 % volume uap aether

Indikasi obat Anestesi umum (stadium analgesia), khasiat analgesia dan anestetiknya kuat dengan relaksasi otot baik.
Kontraindikasi obat Gangguan fungsi hati, dekonpencatio cordis, depresi pernafasan dan shyock
Farmakokinetik Mulai kerjanya lambat dan recovernya disertai efek-efek tidak enak (salivasi, pada stadium lebih dalam salivasi akan dihambat dan terjadi depresi nafas serta mual, muntah). Aether diabsorpsi dan diekskresi melalui paru-paru sebagian kcil diekskresi melalui urin, air susu, keringat dan difusi melalui kringat dan difusi kringat tbuh.
Farmakodinamik Anestesi yang sangat kuat (kadar minimal untuk anestesi 1.9 % (volume). Sifat analgesiknya kuat sekali dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar. Pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot.
Cara penggunaan Inhalasi
Efek samping Merangsang mukosa saluran pernafasan dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Untuk premedikasi pada penggunaan aether digunakan morfin-skopolamin (10 mg: 0,25mg). Pada anestesi ringan , terjadi dilatasi pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan dimuka. Pada anestesi yang lebih dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin dan basah. Efek terhadap pembuluh darah ginjal, terjadi vasokonstriksi sehingga terjadi laju filtrasi glomerolus dan produksi urin secara reversibel. Efek terhadap pembuluh darah otak, terjadi vasodilatasi. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anestesi.
Nama obat (merek) Diprivan (astra Zeneca)
Nama generik (isi obat) Propofol
Jumlah dosis (mg/g) 20ml
Indikasi obat Indikasi dan pemeliharaan anastesi umum sedativa untuk pasien dalam perawatan intensif
Kontraindikasi obat Anak < 3 tahun
Farmakokinetik Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 – 24 jam. Namun dalam kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata – rata 30 – 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot
Farmakodinamik : Pada sistem saraf pusatDosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi (2mg /kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat 1,3Pada sistem kardiovaskularDapat menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi, pengaruh terhadap frekuensi jantung juga sangat minim.3Sistem pernafasanDapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan1,
Cara penggunaan Infus atau injeksi
Efek samping Hipotensi, apnea sementara, demam pasca operasi. Jarang gerakan seperti epilepsi termasuk konvulsi dan opistotonus, mual, muntah, sakit kepala pasca operasi. Pemucatan warna urin, trombosis, flebitis. Edema paru. Sangat jarang : anafilatik termasuk bronkospasme, eritema, hipotensi . nyeri saat injeksi. Disinhibisi seksual pada masa pemulihan dari anestesi.
Nama obat (merek) Emla Cream 5
Nama generik (isi obat) : lidocaine, prilocaine
Jenis obat POM
Bentuk obat
Krim lembut berwarna putih
Jumlah dosis (mg/g) Lapisan tebal 1-5 jam sebelum prosedur dibawah balutan oklusif
Indikasi obat Anestesi sebelum fungsi vena, analgesia permukaan
Kontraindikasi obat Dermatitis di lokasi, membran mukosa, luka atau hipersensitivitas terhadap konstituenkif
Farmakokinetik waktu paruh dari obat ini 1,5 sampai 2 jam, lama kerja 60 sampai 90 menit. reabsobsinya melalui kulit ke dalam saraf sehingga berlangsung cepat; 90% zat ini dirombak di hati menjadi metabolisme aktif menoetilglisin-uliida. ekskresinya melalui kemih dan keadaan utuh 10% dan sisanya sebagai metabolic
Farmakodinamik Sebagai analgesia dermal, bergantung pada waktu dan dosis penggunaan dengan menyebabkan vasokonstriksi lokal sementara atau vasodilatasi di area yg dioleskan obat ini.
Cara penggunaan Topikal
Efek samping Dilaporkan adanya kepucatan, kemerahan dan edema sementara
Resiko pada janin: melewati barier plasenta, tetapi tidak ada dampak penyakit yang dilaporkan
Menyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah yang sedikit, tetapi dianggap aman.
Nama obat (merek) Ethrane (enflurane) 250 sol (abbott anaesthesia)
Nama generik (isi obat) Enflurance
Jumlah dosis (mg/g) -
Indikasi obat Menginduksi dan mempertahankan anestesi umum
Kotraindikasi obat Diketahui atau diduga secara genetik rentan terhadap hipertermia(suhu badan yang tinggi) ganas
Farmakokinetik Menambah efek relaksan non depolarisasi
Farmakodinamik -
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Kejang, hipotensi, depresi pernafasan, aritmia, menggigil, gangguan saluran pencernaan. Jarang : hepototoksisitas
Pada wanita hamil : baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan resiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) disana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi resiko pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti resiko pada trimester selanjutnya)

Hal – hal yang perlu diperhatikan :
Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).
Nama obat (merek) Extracain 2 % 2 ml ampul
Nama generik(isi obat) Procaine HCL 2 %
Jumlah dosis (mg/g) 100 ampul 2 ml
Indikasi obat Anestesi lokal
Kontraindikasi obat Digunakan untuk pasien alergi (asma, urticarial), epilepsy, anak-anak dibawah 30 bulan gangguan kondiksi jantung, kerusakan hati, lansia, syok
Farmakokinetik Variasi koefisien procain=0,02 dan pH 8,9. setelah injeksi difusi sangat cepat dan luas, memberikan efek optimal dr 2 menit-40 menit. Masuk ke dalam hati, kemudian dihidrolisis di plasma oleh pseudocholinesterase dalam asam paraaminobenzoid. 80% dari asam paraminobenzoid di kombinasikan atau dikeluarkan dalam unit, 20% di metabolis di hati. Eliminasi berakhir beberapa menit.

Farmakodinamik Anestesi local untuk sistem syaraf pusat

Cara pengunaan Subkutan, intramuscular, intravena, spinal
Efek samping Gangguan saluran pencernaan, kejang otot (kedutan), gemetar, lidah baal / mati rasa, mengantuk, kegagalan pernafasan, koma dan hipertensi
Nama obat (merek) Forane (soflurane)sol 100 ml
Nama generik (isi obat) Isoflurane , USP
Jumlah dosis (mg/g) 100ml, 250 ml/ larutan
Indikasi obat Anestesi inhalasi umum
Kontraindikasi obat Rentan terhadap hipertermia ganas, diketahui ada kecenderungan terjadi hipertermia maligna
Farmakokinetk Potensiasi aksi relaksan otot non depolarisa
Farmakodinamik Relaksasi otot nondepolarisasi, adrenalin, obat beta simpyomimetik, ca-antagonis, obat vasodilatasi

Cara penggunaan Inhalasi
Efek samping Sakit kepala, pusing, ketidak sadaran, gangguan pernafasan, depresi, hipotensi, aritmia, menggigil, mual ,muntah.
Nama obat (merek) Marcaine
Nama generik (isi obat) Bupivacaine HCI
Jumlah dosis (mg/g) 20 ml
Indikasi obat Anestesi loka lain atau zat yang strukturnya berhubungan dengan anestesi lokal tipe amida yang dapat meningkatkan efek cardiac dari obat antiaritmia, misalnya mexiletine dan lignocaine. Heparin dengan berat molekul rendah dan heparinoid
Kontraindikasi obat Hipovolemia, hipotensi, pireksia ketika persalinan, infeksi piogenik pada kulit di daerah lumbal atau area di dekat lumbal, gangguan koagulasi atau terapi koagulasi berkelanjutan, memiliki hipersensitivitas terhadap anestesi lokal (seperti lignokain), meningitis, syok hipovolemik, hemoragi intracranial, syok cardiogenik, kadar trombosit rendah.
Farmakokinetik anastesi local anida ini menstabilisaai membrane neuron dengan imenginhibisi perubahan ionic terus menerus yang diperlukan untuk memulai dan mengahantarkan impuls
Farmakodinamik Anestesi local jenis amida yang menyebabkan relaksasi sedang pada ekstremitas bawah dan penghambatan motorik otot abdomen.

Cara penggunaan Injeksi intratecal
Efek samping Anafilaksis, hipotensi maternal, bradikardia diperlukan precoading menggunakan kristaloid gejala yang berat atau persisten dapat diredakan dengan efedrin IV 10-15 mg, defresi miokardium dan kejang jika diberikan secara IV, dapat menyebabkan pireksia maternal dan beberapa penurunan kontraksi uterus , sakit kepala setelah anestesia lumbal. Blok tinggi menyebabkan hambatan pernafasan, henti nafas dan paralisis pernapasan. Masalah neurologis meliputi parestesia, kelemahan motorik dan hilangnya kontrol sfingter. Injeksi IV tidak sengaja menyebabkan lidah mati rasa, tinitus, sakit kepala ringan, tremor, kantuk, konfulsi, gangguan jantung, dan membutuhkan bantuan ahli anestesia terampil.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
Resiko pada janin : dilaporkan adanya bradikardia, depresi pernafasan, hipotermia janin. Toksisitas pada percobaan hewan mengindikasikan obat ini perlu dihindari pada awal kehamilan, tetapi pabriknya menyatakan bahwa tidak ada bukti timbulnya efek yang merugikan.
Menyusui : diekskresikan dalam jumlah kecil, tetapi tidak ada resiko akibat dosis terapeutik
Nama obat (merek) Pehacain (lidocain)
Nama generik (isi obat) Lidocaine, HCI
Jumlah dosis (mg/g) 20 mg/ml
Indikasi obat Anestesi lokal
Kontraindikasi obat Inflamasi lokal dan atau sepsis, septicemia, tirotoksikosis, ekstremitas, hipersensitif terhadap anestesi lokal tipe amida.
Farmakokinetik pemberian IV dan IM
Metabolisme di hati
Ekskresi melalui ginjal
Farmakodinamik terjadi reaksi anastesi oleh penstabil membrane saraf melarang aliran ion yang dikehendaki untuk induksi impuls
Cara penggunaan Injeksi, intramuscular.Subcutan
Efek samping Kecemasan , pusing, penglihatan kabur, sedasi, tinifus, gangguan GI
Nama obat (merek) Halothane (dexa Medica)
Nama generik (isi obat) Halothane
Jumlah dosis (mg/g) 250 ml
Indikasi obat Anestesi inhalasi umum
Kontraindikasi obat Riwayat jaundice yang tidak diketahui atau tireksia yang sebelum terpapar oleh halothane
Farmakokinetik Aritmia jantung dengan adrenalin. Potensiasi penghambat neuromuskular dengan gallamin dan tubokurarin. Efek potensiasi rendahnya tekanan darah dengan obat hipotensi

Farmakodinamik aritmia jantung dengan adrenalin. Potensiasi menghambat neuromuscular dengan gallamin & d. tubokurarin. Efek potensiasi rendahnya Tekanan darah dengan obat hipotensi
Cara penggunaan Inhalasi
Efek samping menekan pernafasan dan kegiatan jantung, juga hipertensi. seperti senyawa kelor lainnya halotan membuat jantung lebih peka terhadap adrenalin dan toksis bagi hati berdasarkan suatu reaksi hipersensitasi. pada penggunaan berulang dilaporkan kerusakan hati
Nama obat (merek) Procain HCL 40 mg. Ampul
Nama geneerik (isi obat) Procain HCl
Jumlah dosis (mg/g) Ampul 40 mg/ml x 2 ml x 100, anastesi infiltrasi 0,25-0,5 %, blockade saraf 1-2 %
Indikasi obat Anestesi (obat bius )lokal
Kontraindikasi obat Bradikardia sinus atau nadal
Farmakokinetik Absorbsi: oral & IM : baik.
Metabolisme : hati: NAPA
Ekskresi: ginjal

Farmakodinamik Efek menyerupai kinidin. Disbanding kinidin, depresi kontraktilitas lebih kecil, efek antikolinergik lebih ringan.

Cara penggunaan Kurang dari atau sama dengan 250 mg secara subkutan
Efek samping Hipersensitivitas, kadar rendah menyebabkan kolaps dan kematian, reaksi alergi pada kombinasi prokain- penisilin, dan dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi)
Gangguan saluran pencernaan, kejang otot (kedutan), gemetar, kejang, lidah baal/ mati rasa, mengantuk, kegagalan pernafasan, koma hipotensi, bradikardia, methemoglobinemia, intoksikasi janin
Nama obat Sevorane (sevoflurane)
Nama generik (isi obat ) Sevoflurane
Jumlah dosis Induksi nafas tunggal 8 %, pemeliharaan 0,5-3 % dengan atau tanpa penggunaan bersama Nitro Oksida sekali tarikan nafas
Indikasi obat Menginduksi dan mempertahankan anestesi / pembiusan
Kontra indikasi obat Diduga memiliki kerentanan genetik terhadap hipertermia malignan
Farmakokinetik potensiasi aksi relaksan otot non depolarisasi.

Farmakodinamik saraf pusat : depresi, konsentrasi rendah
Cara penggunaan digunakan lewat saluran pernafasan

Efek samping Hipotensi depresi jantung- pernafasan yang tergantung pada dosis, mual, muntah
Nama obat Xylocaine 2 %
Nama generik (isi obat ) lignocaine HCl
Jumlah dosis 400 mg in 20 ml
Indikasi obat Infiltrasi, anestesi IV regional, blok saraf perifer, blok plexus mayor, blok epidural, blok subaroknoid
Kontra indikasi obat Anestesi spinal dan epidural pada pasien dengan hipotensi yang tidak dikoreksi, yang mendapat terapi antikoagulan. Inflamasi dan atau sepsis pada region yang akan diinjeksi dan atau adanya septicemia.

Farmakokinetik potensiasi aksi relaksan otot non depolarisasi.

Farmakodinamik saraf pusat : depresi, konsentrasi rendah
menstabilkan membrane neuron dan encegah inisiasi serta konduksi impuls syaraf, menyebabkan anesthesia dalam pada membrane neuron dan pelumasan yang mengurangi friksi. Efektif dalam 5 menit dan bertahan selama 20-30 menit.
Cara penggunaan injeksi
Efek samping gangguan SSP, gangguan KV, hipotensi maternal, reaksi alergi, rasa kebas yang persisten, gangguan sensoris lain, sakit kepala, hipotensi, nyeri punggung, menggigil, gejala – gejala saraf perifer, mual, penglihatan ganda.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
Resiko pada janin : terjadi depresi pernafasan neonatus setelah pemberian dosis besar, hipertonia, bradikardia setelah dilakukan blok paraservical atau injeksi langsung yang tidak di sengaja selama infiltrasi perineum sebelum episiotomi.
Menyusui : tidak ada data pada penelitian yang dikontrol selama meyusui.
Nama Obat ( merek ) : Xylocaine Pump Spray 10 %
Nama generic ( isi obat ) lidocaine
Jumlah dosis ( mg/g )







: Praktek dokter gigi 1-5 dosis terukur ke membtan mukosa. Otorhinolaringologi 3 dosis terukur utk sinusmaksilaris.parasentesis 3 dosis terukur. Selamapenghantaran ditingkatkan sampai 20 dosis terukur.Penghantaran instrumen dan kateter ke sal napas&pencernaan maks 20 dosis terukur utk prosedur di faring,laring& trakea. ank <12 th dosi maks: 3 mg/kg. dosisditurubkan mjd 1.5 mg/kg selama digunakan pd laring dantreakea
Indikasi Obat

: pencegahan nyeri yang berhubungan dengan
otorinolaryngologi, obstetric, gigi; pengantar instrument
dan kateter ke saluran nafas dan pencernaan.
Kontraindikasi obat : penggunaaanya harus hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, dekompensasi kordis, depresi pernafasan dan shock
Farmakokinetik








: Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda (Mixed-Function Oxidases ) membentuk monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid. Kedua metabolit monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local. Pada manusia 75% dari xilidid akan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-ailin
farmakodinamik Lidokain (Xilokain) adalah anestetik local yang kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topical dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anesthesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anesthesia blok dan topical. Anesthesia ini efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin. Lidokain dapat menimbulkan kantuk sediaan berupa larutan 0,5%-5% dengan atau tanpa epinefrin. (1:50.000 sampai 1: 200.000).
Cara penggunaan : semprot
Efek samping



: reaksi alergik, mengantuk, gelisah, pusing. Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam timbulnya efek samping ini. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung
Perhatian : Trauma pd mukosa& atau sepsis

F. KESIMPULAN
Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut – turut menghentikan aktifitas suatu bagian tubuh. Ada 4 taraf narkosa yaitu :
a. Analgesia yaitu kesadaran berkurang rasa nyeri hilang dan terjadi euphoria ( rasa nyaman )yang disertai impian yang mirip halusinasi.
b. Eksitasi yaitu kesadaran hilang dan timbul kegelisahan . Kedua teraf ini disebut taraf induksi.
c. Anastesia yaitu pernafasan menjadi dangkal dan cepat seperti keadaan tidur, reflek mata menghilang dan otot menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sumsum tulang yaitu kegiatan jantung dan pernafasan terhenti.

Anastetika Local atau zat penghilang rasa sakit adalah obat yang pada penggunaan local merintangi secara refersibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan itu dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal – gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapai efeknya tidak refersibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel – sel saraf . Misalnya cara mematikan rasa juga dapat digunakan dengan pendingin yang kuat.
Anastetika local yang pertama adalah cocain, yaitu suatu alkoholid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang – alang dipegunungan andes. Sejak tahun 1982 dikembangkan pembuatan anastesi local secar sintesis yang pertama adalah prokain dan benzokain, kemudian muncul lidocain, mepivakain dll.